Selasa, Mei 10, 2011

PETUNJUK TEKNIS PENGENDALIAN ULAT BULU

Pendahuluan
Peningkatan populasi ulat bulu bermula di Probolinggo, menyebabkan daun tanaman mangga gundul, dan ulat-ulatnya masuk ke pemukiman sehingga mengganggu penduduk. Ulat yang mendominasi di Probolinggo adalah dari keluarga Lymantriidae, dengan dua spesies yang dominan yaitu Arctornis submarginata dan Lymantria marginata. A. submarginata merupakan spesies khas dan spesifik Probolinggo yang hingga saat ini belum ditemukan di wilayah lain. Ulat bulu banyak sekali jenis, pada keluarga Lymantriidae saja terdapat ribuan jenis. Selain keluarga Lymantriidae, seperti Cricula trifenestrata dari keluarga Saturniidae banyak terdapat pada pohon alpukat, jambu mente, kedondong, dan Maenas maculifascia dari keluarga Arctiidae banyak terdapat pada tanaman kenanga/ylang-ylang. Menurut laporan dari 33 provinsi selain di Probolinggo, populasi ulat bulu masih rendah dan hanya ditemukan di beberapa pohon saja. Jenis ulat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Hal ini merupakan kejadian dinamika populasi hama. Berdasarkan uraian di atas, masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada untuk mengantisipasi kemungkinan peningkatan populasi sehubungan dengan dampak dari perubahan iklim (Climate change) dan pemanasan global (Global warming) terhadap pola hidup dan tingkah laku serangga, khususnya ulat bulu.
Tujuan
Petunjuk Teknis ini dibuat dengan tujuan untuk mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat ledakan populasi ulat bulu, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terkait.
Sepuluh langkah pengendalian ulat bulu
1.Pemantauan dan identifikasi jenis hama, stadia hama, bagian dan jenis tanaman yang diserang, tingkat/intensitas serangan, serta kondisi lingkungan untuk disampaikan kepada petugas terkait.
2.Lakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan ulat, antara lain dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah.
3.Pemasangan lampu perangkap (light trap) untuk membunuh ngengat, karena ngengat aktif di malam hari dan tertarik cahaya.
4. Mengumpulkan pupa/kepompong dan memasukannya kedalam botol plastik yang diberi lubang-lubang, sehingga ngengat yang terbentuk tidak dapat keluar sedangkan parasit yang muncul dapat keluar dan kembali berperan di alam.
5.Pelihara dan lestarikan musuh alami seperti predator semut rangrang dan burung dengan cara melarang penangkapan burung dan melarang pengambilan telur semut di pohon, atau melestarikan dan memperbanyak koloni semut dengan cara memasang sarang buatan dari daun kering dan bambu.
6.Gunakan insektisida hayati berupa jamur, virus, bakteri, nematode, antara lain dengan cara (a). Mengumpulkan ulat yang mati terkena virus (menggelantung) dan mengaduknya dengan air, lalu menyemprotkan kembali ke ulat, (b). Mengumpulkan kepompong atau ulat yang terkena jamur (berwarna putih – jamur Beauveria dan hijau – jamur Metarhizium), lalu perbanyak di media jagung dan semprotkan ke ulat, (c). menggunakan insektisida hayati yang sudah diproduksi dan tersedia di Dinas/lembaga yang berwenang.
7.Pemasangan pembatas (burrier) pada batang pohon mangga berupa lem atau kain beracun, khususnya bagi ulat Arctornis yang memiliki sifat ketika malam hari naik ke bagian atas (kanopi) untuk memakan daun dan pada siang hari turun ke batang untuk bersembunyi dari serangan predator.
8.Jika kondisi populasi ulat sangat mengkhawatirkan dapat digunakan insektisida alami yang relatif ramah lingkungan, berupa insektisida nabati (berasal dari tumbuhan), seperti mimba, tembakau, akar tuba, piretrum, gadung, suren dan lainnya. Perlu diketahui bahwa insektisida nabati tidak enyebabkan kematian langsung seperti insektisida sintetis.
9.Pada kondisi kritis, maka jalan terakhir dapat digunakan insektisida kimia
sintetis yang berdaya racun rendah berlabel hijau.
10. Jangan menggunakan insektisida kimia sintetis untuk tindakan pencegahan, karena akan mengganggu keberadaan musuh alami dan mencemari lingkungan.

Tidak ada komentar: