Rabu, Juni 08, 2011

VIRUS TUNGRO

Status

Penyakit tungro merupakan salah satu kendala produksi padi nasional karena kehilangan hasil yang diakibatkannya tinggi, saat ini telah menyebar hampir keseluruh Indonesia terutama seranganya sering meluas (ledakan serangan/outbreak) di daerah sentra produksi beras nasional seperti di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan Selatan. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya rata-rata mencapai 16.477 ha, rusak total (puso) 1.027 ha selama periode 1996-2002. Dengan perkiraan kehilangan hasil dari tanaman terinfeksi rata-rata 20%, tanaman puso 90%, harga gabah Rp. 1200 /kg kerugian akibat penyakit tungro mencapai Rp. 14,1 Milyar. Pada saat terjadi ledakan serangan nilai kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas. Ledakan tungro sepuluh tahun terakhir ini terjadi di Kabupaten Klaten pada tahun 1995 dengan luas tanaman terserang 12.340 ha, di Nusa Tenggara Barat pada 1998 dengan luas serangan mencapai 15.000 ha. Disamping itu penyebaran tungro di Jawa Barat terutama di dataran rendah Kabupaten Subang di Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) semakian meluas.

Biologi dan Ekologi

Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun yang kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman kerdil.

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang (RTBV: rice tungro bacilliform virus) dan bentuk bulat (RTSV : rice tungro sperical virus) yang hanya dapat ditularkan oleh wereng, terutama yang paling efisien adalah spesies wereng hijau Nephotettix virescens Distant. Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut dari singgang, bibit voluntir (ceceran gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan eceng. Wereng hijau spesies N. virescens telah mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Populasi N.virescens jarang mencapai kepadatan populasi tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan langsung. Adanya kebiasaan pemencaran imago terutama di daerah tanam tidak sermpak, meskipun populasinya rendah apabila ada sumber inokulum efektif menyebarkan tungro.

Kehilangan hasil akan tinggi bahkan bisa tidak menghasilkan sama sekali bila kedua virus menginfeksi tanaman peka dan terjadi pada saat awal fase vegetatif tanaman. Kehilangan hasil terjadi karena jumlah anakan sedikit dan terganggunya fotosintesa akibat daun berwarna kuning klorofilnya kurang sehingga pengisian gabah tidah sempurna. Virus bulat dari segi penyebaran tungro sangat penting karena virus batang hanya dapat disebarkan oleh wereng hijau apabila wereng hijau telah memperoleh virus bulat. Virus bulat biasanya ditemukan menginfeksi terlebih dahulu pada tanaman maupun pada wereng hijau. Terjadi 2 puncak tambah tanaman terinfeksi dalam satu periode pertumbuhan tanaman padi. Puncak pertama terjadi pada saat tanaman umur satu bulan setelah tanam dan puncak yang kedua terjadi saat tanaman umur dua bulan setelah tanam. Siklus infeksi pertama dilakukan oleh wereng hijau imigran dari sekitarnya, sebangkan siklus kedua oleh keturunannya yang berkembang di lokasi tersebut.

Pengendalian

Pengendalian penyakit tungro dianjurkan dilakukan dengan memadukan teknik pengendalian yang berefek sinergis memperkuat meknisme pengendalian alami, dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu, yang diitroduksikan/aplikasikan secara bertahap sesuai dengan tahapan budidaya. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dan berdampak paling sedikit terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro

a. Pra-tanam

1) Rencanakan tanam bersamaan pada areal sehamparan minimal pada luasan 40ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.

2) Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi wereng hijau dan keberadaan tungro terjadi, tanaman telah melewati fase vegetatif.

3) Bersihkan sumber inokulum tungro seperti singgang, bibit yang tumbuh dari ceceran gabah, rumput teki dan eceng sebelum membuat pesemaian. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber inokulum tersebut. Biarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber inokulum tersebut untuk tempat berlindung musuh alami.

4) Tanam varietas tahan wereng hijau atau tahan tungro dengan memperhatikan kesesuaian varietas sesuai dengan Tabel ketahanan varietas di bawah ini:

Tingkat ketahanan golongan varietas tahan wereng hijau terhadap koloni-koloni N. virescens.

Keterangan:

P: Peka (kemampuan wereng hijau menularkan tungro pada varietas tersebut tidak berbeda nyata atau nyata lebih tinggi dari kemampuan menularkan tungro pada varietas Cisadane dengan uji DMRT pada taraf uji 5%)

T: Tahan (kemampuan wereng hijau pada varietas tersebut nyata lebih rendah dari kemampuannya menularkan tungro pada varietas Cisadane dengan uji DMRT pada taraf uji 5%)

Gol. T1: IR20, IR30, IR26, IR46, Citarum, dan Serayu

Gol. T2: IR32, IR38, IR36, IR47, Semeru, Asahan, Ciliwung, Krueng Aceh dan Bengawan Solo

Gol. T3: IR50, IR48, IR54, IR52 dan IR64

Gol. T4: IR66, IR70, IR72, IR68, Barumun, dan Klara.

Ketahanan varietas tahan virus tungro terhadap berbagai sumber inokulum tungro

Keterangan:

T: Tahan (Sesuai :tungro <50%); P: Peka (Tidak sesuai : tungro >50%). -: belum diuji

b. Tanam (dari saat pesemaian sampai akhir fase vegetatif tanaman)

Untuk mengetahui ancaman tungro, terlebih-lebih apabila poin 1-4 periode pra-tanam tidak dapat dilakukan, amati ancaman tungro di pesemaian dan saat tanaman muda dengan cara sebagai berikut :

1) Amati populasi wereng hijau di pesemaian dengan jaring serangga 10 kali ayunan. Uji infeksi virus dengan uji yodium dari 20 daun. Apabila hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75 maka tanaman terancam. Aplikasi antifidan dengan bahan aktif imidacloprid, thiametoxam atau bahan aktif lainnya di pesemaian atau saat tanaman umur 1 minggu setelah tanam untuk menghambat pemerolehan dan penularan. Apabila tidak mampu mengamati populasi dan tanaman terinfeksi di pesemaian, amati gejala tungro saat tanaman umur 3 mst.

2) Tanam dengan cara legowo 2 baris atau 4 baris. Pemencaran wereng hijau berkurang pada pola sebaran inang yang ditanam secara legowo.

3) Pada saat tanaman umur 3 mst, apabila dari petakan alamiah dengan luas kurang lebih 100m2 ditemukan 2 rumpun tanaman bergejala tungro, tanaman terancam. Lakukan secepatnya aplikasi insektisida fungsi ganda yaitu insektisida yang dapat mematikan wereng hijau dan pada residu rendah bersifat antifidan misalnya insektisida berbahan aktif imidacloprid atau thiametoxam atau yang lainnya untuk menghambat pemerolehan dan penularan virus.

4) Sawah jangan dikeringkan, usahakan paling tidak dalam kondisi air macak-macak. Sawah kering merangsang pemencaran wereng hijau yang dapat memperluas penularan.

Tidak ada komentar: